Kondisi
pendidikan di Indonesia saat ini memang terlihat lebih canggih. Tampaknya
Indonesia tidak ingin ketinggalan dalam hal IPTEK seperti contohnya di derah
perkotaan terutama jabodetabek telah menerapkan sistem ujian nasional berbasis
komputer.
Walaupun
ujian online ini diselenggarakan oleh pemerintah hanya bagi sekolah-sekolah
yang sudah siap saja. Sekolah yang belum siap tidak diwajibkan melakukan ujian
online, namun masih diperbolehkan secara konvensional dengan kertas.
Kebijakan ini mengesankan bahwa pemerintah seolah-olah hanya ingin coba-coba.
Kebijakan ‘membebaskan’ sekolah juga diberikan dalam hal pelaksanaan kurikulum
2013 dan membuat siswa jadi bingung. Wajar saja jika masyarakatmasih bersikap
kontra terhadap ujian online ini. Karena merasa tidak memperoleh dukungan penuh
dari pemerintah terhadap kesiapan sekolah. Jika pemerintah hanya menanyakan
soal kesiapan, tanpa memberikan solusi keberdayaan setiap sekolah, maka ujian
nasional online ini akan selamanya tidak siap.
UN online
memerlukan kelengkapan prasyarat yang tidak sederhana. Misalnya, ketersediaan
perangkat computer tiap sekolah, kecukupan daya listrik, kecakapan siswa
mengakses soal secara online, dan lain-lain. Tidak semua sekolah memiliki
computer yang memadai. Baik jumlah computer maupun support system yang ada,
misalnya kapasitas ram-nya. Tidak semua sekolah memiliki daya listrik yang
cukup, meskipun bisa saja disediakan jenset namun biayanya tentu tidak murah.
Dan tidak semua siswa siap menjawab soal secara online, walaupun sudah
dilakukan try-out, akan tetapi benarkah sudah siap secara mental dan psykis.
UN online juga tidak menutup kemungkinan bocor soalnya, karena hacker dapat saja menembus dan mencuri data ataupun mengacak-acak datanya. Dengan melihat berbagai permasalahan di atas, lantas apakah perlu UN online?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar