Minggu, 21 Agustus 2016



Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini memang terlihat lebih canggih. Tampaknya Indonesia tidak ingin ketinggalan dalam hal IPTEK seperti contohnya di derah perkotaan terutama jabodetabek telah menerapkan sistem ujian nasional berbasis komputer.

Walaupun ujian online ini diselenggarakan oleh pemerintah hanya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap saja. Sekolah yang belum siap tidak diwajibkan melakukan ujian online, namun  masih diperbolehkan secara konvensional dengan kertas. Kebijakan ini mengesankan bahwa pemerintah seolah-olah hanya ingin coba-coba. Kebijakan ‘membebaskan’ sekolah juga diberikan dalam hal pelaksanaan kurikulum 2013 dan membuat siswa jadi bingung. Wajar saja jika masyarakatmasih bersikap kontra terhadap ujian online ini. Karena merasa tidak memperoleh dukungan penuh dari pemerintah terhadap kesiapan sekolah. Jika pemerintah hanya menanyakan soal kesiapan, tanpa memberikan solusi keberdayaan setiap sekolah, maka ujian nasional online ini akan selamanya tidak siap.

UN online memerlukan kelengkapan prasyarat yang tidak sederhana. Misalnya, ketersediaan perangkat computer tiap sekolah, kecukupan daya listrik, kecakapan siswa mengakses soal secara online, dan lain-lain. Tidak semua sekolah memiliki computer yang memadai. Baik jumlah computer maupun support system yang ada, misalnya kapasitas ram-nya. Tidak semua sekolah memiliki daya listrik yang cukup, meskipun bisa saja disediakan jenset namun biayanya tentu tidak murah. Dan tidak semua siswa siap menjawab soal secara online, walaupun sudah dilakukan try-out, akan tetapi benarkah sudah siap secara mental dan psykis.
 
UN online juga tidak menutup kemungkinan bocor soalnya, karena hacker dapat saja menembus dan mencuri data ataupun mengacak-acak datanya. Dengan melihat berbagai permasalahan di atas, lantas apakah perlu UN online?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar